Senin, 25 Oktober 2010

Bahan Ajar

 Wujud Zat

Di dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui banyak benda. Tetapi benda-benda tersebut dapat golongkan menjadi tiga yaitu: zat padat, zat cair, dan zat gas. Marilah kita bahas satu persatu ketiga jenis zat tersebut.

1. Zat Padat



Ambillah sebuah batu! Amatilah ciri-cirinya! Apakah batu tersebut berubah bentuk ketika diletakkan di dalam gelas? Apakah batu tersebut volume berubah ketika diletakkan di dalam air? Kalian bisa menjawab pertanyaan di atas dan dapat menentukan ciri-ciri dari benda padat. Jadi, benda padat mempunyai ciri bentuk dan volumenya tetap, hubungan antar atom penyusunnya tetap dan teratur, gaya tarik antar partikel kuat, gerakan partikel hanya berupa getaran di sekitar posisi tetapnya. contohnya: batu, besi, meja, dan lain-lain.

2. Zat Cair

Sekarang ambillah segelas air! Amati bentuknya! Kemudian pindahkan air tersebut ke dalam botol! Amati lagi bentuknya! Pindahkan lagi air itu ke piring! Amati bentuknya! Bentuknya akan berubah sesuai dengan wadahnya. Apakah airnya akan berkurang, kalau wadahnya diganti? Tentu saja volumenya tidak berkurang! Dari pengamatan di atas dapat di simpulkan bahwa ciri dari zat cair adalah bentuknya berubah sesuai dengan wadahnya tetapi volumenya tetap, jarak antar partikel tetap dan agak berjauhan satu sama lain. gaya tarik antar partikel lemah , gerakan partikel lebih lincah daripada gerakan partikel pada zat padat. Contohnya: air, bensin, solar, dan lain-lain.

3. Zat Gas

Wujud zat yang ketiga adalah zat gas! Bagaimanakan ciri-cirinya? Ikutilah kegiatan berikut! Ambillah sebuah balon! tiuplah pelan-pelan! apa yang akan terjadi? balon itu akan menjadi besar! bentuk udaranya akan seperti balon dan volumenya sama dengan volume balon. Setelah itu, amatilah orang yang sedang memompa ban sepeda! Bagaimanakah bentuk dan volume gas tersebut? tentu saja bentuk dan volumenya seperti ban sepeda. Jadi kesimpulannya, zat gas mempunyai ciri-ciri: bentuk dan volume selalu berubah sesuai dengan wadahnya, jarak antar partikel selalu berubah, hampir tidak ada gaya tarik menarik antar patikel gas, dan gerakan partikel lebih bebas.


Massa Jenis dan Berat Jenis

Pernahkah dirimu mendengar istilah “Massa Jenis” dan “Berat Jenis” ? Kalau dirimu mengatakan belum, berarti pelajaran fisika yang telah diperoleh di SMP pasti telah lenyap dari “otak”. Hehe… pada kesempatan ini kita pelajari kembali apa yang dimaksudkan dengan massa jenis dan berat jenis dan bagaimana hubunganya dengan pokok bahasan Fluida yang saat ini kita pelajari. Selamat belajar, semoga dirimu tidak pusing-pusing
Salah satu sifat penting dari suatu zat adalah kerapatan alias massa jenisnya. Istilah kerennya adalah densitas (density). Kerapatan alias massa jenis merupakan perbandingan massa terhadap volume zat. Secara matematis ditulis :
p = m/v
(p dibaca “rho”) merupakan huruf yunani yang biasa digunakan untuk menyatakan kerapatan, m adalah massa dan v adalah volume.
Kerapatan alias massa jenis fluida homogen (sama) pada dasarnya berbeda dengan kerapatan zat padat homogen. Besi atau es batu misalnya, memiliki kerapatan yang sama pada setiap bagiannya. Berbeda dengan fluida, misalnya atmosfer atau air. Pada atmosfer bumi, makin tinggi atmosfir dari permukaan bumi, kerapatannya semakin kecil sedangkan untuk air laut, misalnya, makin dalam kerapatannya semakin besar. Massa jenis alias kerapatan dari suatu fluida homogen dapat bergantung pada factor lingkungan seperti temperature (suhu) dan tekanan.
Satuan Sistem Internasional untuk massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m3). Untuk satuan CGS alias centimeter, gram dan sekon, satuan Massa jenis dinyatakan dalam gram per centimeter kubik (gr/cm3).
Berikut ini data massa jenis dari beberapa zat.
ZatKerapatan (kg/m3)
Zat Cair
Air (4o C)1,00 x 103
Air Laut1,03 x 103
Darah1,06 x 103
Bensin0,68 x 103
Air raksa13,6 x 103
Zat Padat
Es0,92 x 103
Aluminium2,70 x 103
Besi & Baja7,8 x 103
Emas19,3 x 103
Gelas2,4 – 2,8 x 103
Kayu0,3 – 0,9 x 103
Tembaga8,9 x 103
Timah11,3 x 103
Tulang1,7 – 2.0 x 103
Zat Gas
Udara1,293
Helium0,1786
Hidrogen0,08994
Uap air(100 oC)0,6
Kerapatan zat yang dinyatakan dalam tabel di atas merupakan kerapatan zat pada suhu 0o C dan tekanan 1atm (atmosfir alias atm = satuan tekanan)
Gravitasi khusus suatu zat dapat diperoleh dengan membagi kerapatannya dengan 103 kg/m3 (kerapatan air pada suhu 4o C). Gravitasi khusus tidak memiliki satuan dan dimensi.
Apabila kerapatan suatu benda lebih kecil dari kerapatan air, maka benda akan terapung. Gravitasi khusus benda yang terapung lebih kecil dari 1. Sebaliknya jika kerapatan suatu benda lebih besar dari kerapatan air, maka gravitasi khususnya lebih besar dari 1. Untuk kasus ini benda tersebut akan tenggelam.
Berat Jenis (Specific Weight)

Berat jenis suatu zat merupakan perbandingan berat zat tersebut terhadap volumenya. Satuan sistem internasional untuk berat jenis adalah N/m3.

Dilema Antara Gizi Dan Bahan Kimia Berbahaya Dalam Mie Instan

E-mail Cetak PDF
Mi instan memang fenomenal di Indonesia. Meskipun sering beredar rumor soal efek buruk konsumsi mi instan bagi tubuh, penjualan produk makanan ini seperti tak terpengaruh. Konsumsi mi instan di negeri ini sudah menembus lima kilogram per kapita pada 2005.

Namun, isu penarikan produk mi instan produksi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk di Taiwan menimbulkan kembali isu keamanan pangan. Departemen Kesehatan Taiwan menyatakan, produk mi instan Indonesia itu mengandung zat pengawet E218 atau methyl p-hydroxybenzoate yang seharusnya digunakan untuk bahan kosmetik dan kecantikan.

Mi instan yang merakyat itu kini telah mendunia. Produk ini digemari mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Sifatnya yang praktis, bervariasi, rasanya enak, dan harganya terjangkau merupakan daya tarik yang luar biasa. Dari sisi kesehatan, sebenarnya tidak semua orang boleh mengonsumsi mi instan.

Mi instan adalah produk olahan mi yang telah mengalami proses pemasakan lanjutan (instanisasi), yaitu dikukus dan digoreng atau dikeringkan dengan udara panas hingga titik gelatinisasinya, lalu dikemas. Proses ini memungkinkan tingkat kemasakan mi yang sempurna dapat dicapai hanya dalam 3-5 menit perebusan. Pemberitaan media lokal di Taiwan juga menyebutkan, konsumsi mi instan Indonesia tersebut menyebabkan nyeri pada lambung dan berbagai gangguan lain.

Menanggapi berita tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) menjelaskan, nipagin alias methyl p-phydroxybenzoate yang berfungsi sebagai pengawet aman dengan batas maksimum penggunaan. Untuk kecap, batas maksimum penggunaan yang diizinkan adalah 250 mg/kg.

Kepala Badan POM Kustantinah menyebutkan, dari kajian persyaratan di beberapa negara, seperti Kanada dan AS, batas maksimum penggunaan nipagin dalam pangan yang diizinkan adalah 1.000 mg/kg; sedangkan di Singapura dan Brunei, batas maksimum penggunaan dalam kecap 250 mg/kg dan Hongkong sebesar 550 mg/kg.

"Dengan demikian, produk mi instan yang terdaftar di Indonesia dinyatakan aman untuk dikonsumsi," kata Kustantinah.

Sementara itu, Eddy Setyo Mudjajanto, dosen gizi masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), ketika dihubungi Senin (11/10), menyatakan, bahan pengawet yang dipakai oleh industri mi instan banyak sekali jenisnya dan secara umum aman.

"Selama ini, kita memakai standar makanan yang berkiblat pada badan keamanan pangan di Amerika/FDA. Jika dikatakan aman, kita mengikuti. Namun, meski dinyatakan aman, perlu dikaji apakah jumlahnya juga dalam level aman," katanya.

Berdasarkan riset yang pernah dilakukan IPB terhadap produk mi instan yang beredar di Indonesia, Eddy mengatakan, jumlah bahan pengawet yang dipakai jumlahnya bervariasi. "Saya tidak hafal rinciannya, tetapi secara umum ada 7 komponen dalam mi instan, termasuk pengawet, pewarna, dan antioksidan," urainya.

Mengenai dampak zat pengawet bagi kesehatan, ia menyebutkan, jika makanan berpengawet dikonsumsi secara rutin dan terus-menerus, bisa memicu gangguan kesehatan, termasuk kanker.

"Memang belum ada bukti ilmiah mengenai hal ini, baru dugaan. Karena itu, sebaiknya konsumsi mi instan sebaiknya dibatasi maksimal tiga kali dalam seminggu," katanya.

Masalah benar tidaknya dugaan tersebut, tentu perlu menjadi perhatian Kementerian Kesehatan karena mi instan banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia.

Ketika orang modern bicara soal makanan, masalah gizi selalu menjadi perhatian. Soal ini pula yang dipertanyakan saat orang mengonsumsi makanan serba praktis, makanan dalam kaleng, nugget, atau juga mi instan.

Dilihat dari segi nilai gizinya, mi sarat karbohidrat dan zat tenaga dengan kandungan protein yang relatif rendah. Bahan tambahan makanan (BTM) pada mi instan umumnya adalah pengembang adonan, penstabil adonan, pembuat emulsi, pembuat tekstur, dan zat pewarna agar warnanya menarik. Semuanya adalah BTM kimiawi khusus untuk industri pangan. BTM pada bumbu mi instan umumnya adalah monosodium glutamat (MSG atau vetsin) dan pemberi rasa.

Menurut Prof dr Made Astawan dalam buku Kandungan Gizi Aneka Bahan Makanan, sumbangan gizi dalam semangkuk mi siap santap kemasan 75 gram adalah sekitar 8 gram protein, 45 gram karbohidrat, 15 gram lemak, serta sejumlah protein dan vitamin. Total energi yang diperoleh sekitar 350 kilokalori energi.

Agar asupan gizi yang kita peroleh dari sebungkus mi instan lebih baik, dalam penyajiannya, kita disarankan menambahkan bahan-bahan lain untuk meningkatkan mutu gizi makanan tersebut. Bahan-bahan yang bisa ditambahkan adalah telur untuk meningkatkan kadar protein dan sayuran, seperti wortel, tomat, kol, sawi, atau tauge agar kadar vitamin dan mineralnya meningkat.

Itu sebabnya, mi instan tidak disarankan sebagai pengganjal perut satu-satunya setiap hari. Selain karena punya kandungan energi sedikit, mutu gizinya juga kurang. Konsumsilah makanan segar setiap hari untuk mendapatkan nilai gizi yang dibutuhkan tubuh.

Menurut dr.Ari Fahrial Syam, Sp.PD, ahli penyakit dalam dari FKUI RSCM Jakarta, orang yang menderita gangguan lambung tidak disarankan untuk mengonsumsi mi. "Untuk penderita sakit maag mi tidak disarankan karena mi mengandung ragi sehingga akan menambah gas di lambungnya," katanya.

Selain itu, kandungan monosodium glutamat (MSG) pada mi instan juga sebaiknya dihindari oleh pengidap tekanan darah tinggi. "Natrium pada MSG akan membuat tekanan darah tinggi meningkat," ucap salah satu staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM ini.

Ia menambahkan, sebagai "pengganjal" perut darurat, boleh saja mengonsumsi mi instan, namun bukan untuk dimakan secara rutin. "Yang terbaik tetaplah makanan yang segar karena nilai gizi dan vitaminnya masih tinggi," katanya. (fn/k3m) www.suaramedia.com

Minggu, 24 Oktober 2010

Berkaca Pada Alam

eramuslim - Jika kita perhatikan batu-batu yang bertengger dipinggiran sungai, terkadang kuyup oleh sentuhan genit air-air sungai yang menghampiri walaupun mereka terus berjalan. Namun untuk beberapa lama batu-batu itu mengering oleh sinaran matahari yang menembus dari celah-celah dedaunan. Silih berganti air dan matahari menyapa bebatuan yang tak pernah bergeser dari tempatnya, sebelum perubahan alam atau tangan manusia yang menghendakinya berpindah. Kemudian jika terlihat satu sisi dari batu itu yang terus menerus lembab, yang kemudian lumut hijau nan cantik menghiasi seluruh sisi permukaan itu, artinya sinar matahari tak pernah singgah diatasnya. Batu, air sungai dan sinar matahari itu mengajarkan kepada kita tentang banyak hal. Kepasrahan batu-batu menerima air dan sinar matahari, adalah cermin keikhlasan. Dan keteguhannya untuk tetap ditempatnya, adalah kesabaran. Lumut hijau di sisi batu yang tak tersinari matahari adalah petunjuk arah jalan.
Mendakilah lebih tinggi, kita akan menemukan jenis tumbuhan, warna daun dan buah yang berbeda. Jalan semakin terjal dan sempit, hanya akar-akar besar dari pohon tua yang terkadang menjadi perantara menuju undakan berikutnya. Sesaat beristirahatlah dan perhatikan semuanya. Tumbuhan, daun dan buah dengan warna yang lebih mencolok dan lebih khas, mengajarkan kepada kita, bahwa Allah Maha Adil dengan menempatkan setiap makhluknya pada keadaan dan tempat dimana ia bisa beradaptasi dan hidup. Satu hal bagi manusia, teruslah bergerak mencari kehidupan, karena Allah akan senantiasa menuntun kita kepada tempat kehidupan terbaik. Namun jika pada akhirnya kita berhenti disatu tempat yang Allah kehendaki setelah semua usaha yang dilakukan, disitulah kita meletakkan prinsip qonaah dan sabar, serta bersyukur atas ketetapan Allah.
Saatnya senja menyambut hari. Sinar merah kekuningan yang menyejukkan masih bisa kita nikmati dari celah-celah ranting dan daun, sesekali ia seperti berkedip dan terus memandangi semua makhluk yang terus bergerak. Seperti mengikuti, matanya terus menatap dan mengawasi sementara sinarnya semakin lama semakin redup digantikan malam. Tinggallah menunggu rembulan. kemudian kita terus bergerak, mencari jalan dengan menggunakan mata bathin, penerangan hanya alat bantu karena sesungguhnya kita lebih mempercayai mata bathin dan kontak yang tak pernah putus dengan mata kaki. Senja hanya sesaat, namun kahadirannya begitu memukau dan terasa manfaatnya. Tidak hanya indah, senja senantiasa menebarkan pesona keanggunan kepada siapapun yang menatapnya. Kepada hidup, kepada makhluk dan kepada Allah, semestinya manusiapun seelok, sebermanfaat dan semenyenangkan senja. Karena mungkin, besok tak lagi tersedia waktu untuk melakukan semua itu.
Dan bila malam tiba, kabut pekat menutup jarak pandang kita, sementara angin kebekuan menyelimuti kulit tipis kita yang tak henti bergerak. Sejenak berhenti sesungguhnya hanya menambah tebal selimut kebekuan itu walaupun waktu yang sejenak itu untuk sekedar menyeruput air hangat dari tungku batu. Tak banyak yang bisa dilakukan, tak banyak pilihan selain terus bergerak keatas agar lebih cepat mendapati fajar. Ingin mata terpejam sekedar menghela nafas dan mengaturnya satu persatu agar tak saling menyusul, tapi kehendak kuat yang menggebu untuk segera tiba di puncak seolah tak bisa kompromi. Rembulan hanya mengintip di kejauhan. Sedangkan kita terus bergerak, mencari jalan dengan menggunakan mata bathin, penerangan hanya alat bantu karena sesungguhnya kita lebih mempercayai mata bathin dan kontak yang tak pernah putus dengan mata kaki. Terkadang sering kita mendapat satu kondisi dimana tak lagi mempunyai pilihan untuk berbuat banyak, namun masih ada satu dalam dada ini yang masih kita percayai karena ianya tak pernah berdusta. Ialah mata hati dan nurani. Berhenti bukan jalan yang tepat apalagi kembali ke belakang, padahal jalan tinggal selangkah. Tanyalah pada hati, niscaya kebenaran yang kita dapat.
Dan pada akhirnya, setelah semua perjuangan, lelah, juga peluh yang hampir tak bedanya dengan embun dipucuk dahan, sebuah tanah mengering pada pijakan terakhir membuat nafas menjadi lega. Hilang semua lelah, lepas semua keputusasaan yang menghantui selama perjalanan, karena mentari pagi menyambut kehadiran kita di puncak perjalanan. Tersenyum adalah kepastian, kepuasan adalah kewajaran dikala seperti tak ada lagi jarak antara kita dengan Sang Pencipta dari puncak ini. Ingin rasanya berteriak meminta kepada-Nya, namun ditempat ini, berbisik pun Dia pasti mendengarnya, karena kita begitu dekat. Perjalanan takkan pernah berujung, namun sudah pasti ada masanya kita kan berhenti. Teruslah mendaki agar kita semakin dekat pada-Nya. Teruslah bergerak, namun jika telah sampai di puncak semua keinginan, jangan pernah lupa bahwa kita pernah dibawah, dan pasti akan kembali ke bawah. Esok atau nanti. Wallaahu ‘a’lam bishshowaab (Bayu Gautama)

Video Pembuatan Tempe

Aku dan Rabbku

Aku dan Rabbku
Publikasi: 06/04/2004 09:46 WIB
eramuslim - “Basahilah lidahmu dengan dzikir” duh.. sudah berapa kali saya denger hadist ini tapi …waktu yang digunakan untuk berdzikir masih sedikit, padahal Allah berfirman “AKu bersama hamba-Ku ketika dia mengingat-Ku”. Allahu Akbar. Luar biasa, mencoba untuk melakukan variasi dalam berdzikir kenapa tidak ? La illahaillallah adalah sebaik2 dzikir …wueshh pikiranpun mulai menerawang balasan apa yang akan Allah kasih jika saya mengucapkan Laillahailallah 1x apakah senilai uang 1 juta,10 juta atau 100 juta, lebih, pasti lebih dari itu di hadapan Rabbul Izzati. Subahannallah. Rugiii…..berapa sudah waktu yag hilang, uang yang hilang, istana yang tertunda di surga nanti – InnaLillahiwainaillaihi’irojiun. Ga papa kan berdagang dengan Allah.

Imam Al Ghazali dalam risalahnya Al Asma Al Husna menuliskan kecintaan kepada Allah bisa ditingkatkan dengan tiga cara ; (i) mengingatnya (ii) mempercayainya (iii) mempertahankannya. Begitu pula Pak Ary Ginanjar dalam bukunya “Rahasia membangun kecerdasan Emosional dan Spiritual” beliau menulis bahwa seorang hamba bisa menjadi manusia yang luar biasa jika mau meneladani sifat-sifat Allah dengan cara mengingat-ingatnya dan meneladani sifat-sifat-Nya.

Sesungguhnya antara hamba dengan Rabbnya ada 2 panghalang ; (i) ilmu dan (ii) ego (Aku). Perasaan jenuh, bosen, mandek atau tidak ada peningkatan terkadang datang pula, tapi ingat pesan “yang mencari akan menemukan” ada secercah harapan untuk mencari lagi, baik itu dari buku, artikel baik itu di majalah atau di internet, seminar , maupun taklim - apa saja. Alhamdulillah masih ada rasa haus yang belum terpuaskan dengan minuman yang standard. Mencoba untuk flash back ke zaman para sahabat yang memiliki tingkat keimanan yang mempesona dan berdecak kagum setiap kali membaca kisahnya, sudah tentu pengetahuan mereka tentang surga, neraka, negri akhirat dan segala sesuatu yang terjadi didalamnya berbeda dengan pengetahuan saya dan itu mungkin yang membuat tingkat keimanan saya seolah tak bergerak. Ego, Aku “barang siapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya dan barang siapa yang mengenal dirinya maka tidak ada waktu untuk mencari kesalahan orang lain”. Ada perasaan aneh menghampiri ketika mencoba berlama-lama bercermin. sudah berapa jauh saya mengenal diri saya dengan baik dan sudah berapa lama saya menyadari begitu sangat rentannya melakukan kesalahan setiap detik.
Menjadi milik-Nya bukan sebaliknya menjadikan Allah sebagai milik saya dan mengikuti semua keinginaan saya – Naudzubillahiminzalik, kebodohan apalagi yang saya lakukan berlarut-larut. STOP. “Ya Rabb biarkan aku menjadi milik-Mu selamanya…menyatu bersama-Mu, biarkan jiwa ini terbakar oleh cahaya-Mu..cinta-Mu”.

Teringat kembali firman Allah SWT “Sesungguhnya Aku mengikuti perasaan hamba-Ku terhadap-Ku” kenapa tidak saya coba untuk mengatakan ke diri saya sendiri dengan menggunakan 3 metode dari imam Al Ghazali diatas : “saya selalu bersamaMu ya Allah” ( bukannya saya ingin bersamaMu), “saya selalu mencintaiMu ya Rabb” (bukannya saya ingin mencintai-Mu), “saya selalu merindukan-Mu ya Tuhanku”. Ada perasaan puas yang mengalir, seolah-olah sesuatu yang sudah tercapai dan tinggal menikmati saja perjalanan hidup bersama Al Malik, Al Aziz. Perasaan tenang, aman, damai, bahagia yang selama ini dicaripun mulai rajin menjenguk orang pesakitan seperti saya.
WaLlahua'lam bi shawab.
yudha_bs@yahoo.com.sg
Lainnya